top of page
Search
  • Writer's picturesyahbandartangsel

SEJARAH TINGKATAN & WARNA SABUK PERGURUAN BESERTA FILOSOFINYA

Updated: Sep 4, 2022



A. Sejarah Awal Tingkatan dan Warna Sabuk


Didalam Perguruan Ilmu Beladiri Tenaga Dalam Syahbandar pada tahun 1993 ketentuan mengenai tingkatan dan warna Sabuk diatur sebagai berikut ini:


- Tingkat 1 / Sabuk Warna Coklat

Strip 1 untuk Junior

Strip 2 untuk Senior



- Tingkat 2 / Sabuk Warna Hijau Strip 1 untuk Junior Strip 2 untuk Senior



- Tingkat 3 / Sabuk Warna Biru Strip 1 untuk Junior Strip 2 untuk Senior



- Tingkat 4 / Sabuk Warna Merah Strip 1 untuk Junior Strip 2 untuk Senior



- Tingkat 5 / Sabuk Warna Hitam Strip 1 untuk Junior Strip 2 untuk Senior



- Tingkat 6 / Sabuk Warna Putih Strip 1 untuk Junior Strip 2 untuk Senior



- Pendekar Sabuk Warna Hitam dengan bintang



- Ketua Umum Pendiri Lembaga Sabuk Warna Putih (Satu-satunya gelar / kepangkatan tertinggi).



B. Sejarah Tingkatan dan Warna Sabuk - Perguruan Tangerang


Selepas berkembangnya Perguruan Ilmu Beladiri Tenaga Dalam Syahbandar didaerah Tangerang menjadi Perguruan Silat Tenaga Dalam Syahbandar, didalam ketentuannya secara umum tidak terdapat susunan dari tingkatan warna sabuk yang berubah dan tetap memiliki kesamaan tingkatan sebagai berikut ini :

1. Coklat

2. Hijau

3. Biru

4. Merah

5. Hitam

6. Putih



Hal yang membedakan didalam ketentuan yang ditetapkan oleh PSTD Syahbandar Tangerang dalam tingkatannya diatur dengan ketentuan sebagai berikut ini:


1. Tingkat Strip Sabuk.

Setiap tingkatan yang mulanya terdapat hanya 2 strip saja, dengan ketentuan bahwa setiap tingkatan Sabuk yang terdapat strip 1 diperuntukan bagi junior dan strip 2 untuk senior, hal ini diubah menjadi 3 Strip yang diberlakukan mulai tingkat 1 / Coklat sampai dengan tingkat III / Biru dengan ketentuan pada setiap sabuknya berlaku tingkat ;

Warna Polos (tingkat awal sabuk tanpa strip) sebelum kenaikan tingkat.


Pada Tingkat merah hingga putih tidak diberikan tanda strip pada setiap tingkatan sabuknya.


2. Tingkat Pendekar / Pendekar Muda. Penggunaan sabuk hitam dengan bintang bagi tingkat Pendekar tidak dipergunakan kembali.


3. Tingkat Tertinggi.

Satu-satunya gelar / kepangkatan tertinggi yang semula dimiliki oleh Ketua Umum Pendiri Lembaga hal ini tidak diatur kembali didalam ketentuan, sehingga untuk tingkatan tertinggi perguruan disandang oleh Dewan Pendekar atau Tingkat VI / Putih.




Filosofi Warna Sabuk


1. Coklat

Pada umumnya warna tanah terlihat sebagai warna yang kecoklatan, warna inilah yang dijadikan sebagai makna dasar yang melambangkan tanah.


Dalam tinjauan secara vertikal, terdapat dalam ;

QS Al-Mu'minuun: 12 , dijelaskan bahwa Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah".


Filosofinya dalam tinjauan ini adalah setiap pesilat syahbandar hendaknya memahami asal usul dirinya dalam proses penciptaan sebagai makhluk Tuhan dan hal ini adalah bagian terpenting kepada setiap manusia bahwa dengan menyadari itu, tentunya pada dasarnya kita tidaklah memiliki daya dan upaya melainkan atas kehendak NYA lah kita diberikan kekuatan.


Filosofi dalam tinjauan secara horisontal atau sosial adalah setiap pesilat syahbandar hendaknya menguatkan diri dari bawah atau dasar yang baik (jiwa dan raga), sebelum bertumbuh dan berkembang. Penguatan ini diperoleh dari pemahaman terhadap hubungan ketuhanan yang baik (habluminallah) melalui ibadah dan pemahaman terhadap diri sendiri sebagai makhluk ciptaan NYA yang baik, dengan hal tersebut maka diharapkan akan dapat melahirkan cara-cara yang baik dan tepat untuk dapat memahami orang lain dan nilai-nilai kehidupan.

Makna inilah yang kemudian termuat didalam motto Perguruan Ilmu Beladiri Tenaga Dalam Syahbandar ditahun 1993 yang menyatakan bahwa Aku adalah engkau (jikalau anda tidak senang dicubit, janganlah anda mencubit orang lain), hal inilah yang dimaksud dengan nilai cinta kasih.



2. Hijau

Tanaman atau tumbuh-tumbuhan sering diidentikan dengan warna hijau sebagai bagian dari proses kesuburannya. Banyak tumbuhan yang memiliki daun berwarna hijau. Warna hijau pada daun itu ternyata menyimpan suatu rahasia yang menakjubkan. Hal itulah yang kemudian dikenal sebagai proses fotosintesis.

Hal ini jugalah yang memiliki makna atau filosofi bahwa sejatinya setiap manusia tentunya akan tumbuh dan berkembang seiring dengan kodratnya seiring dengan meningkatnya akal dan kondisi jiwa serta raganya, maka proses itupun tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada tumbuhan.


Hal ini lah yang dalam tinjauan secara horisontal dikenal dengan hablumminalalam, yaitu hubungan dengan alam, hal yang alamiah bagi manusia untuk mengenal dan dekat dengan alam serta segala kehidupan yang terjadi dan berada dari alam. Jika pada tingkatan sebelumnya diajarkan nilai Hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan Hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia) maka pada tingkat ini diharapkan setiap pesilat Syahbandar mampu bertumbuh dan berkembang dan menjaga keseimbangan dirinya dengan alam. Dengan demikian setiap pesilat syahbandar diharapkan juga dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan NYA yang terdapat dialam untuk dijadikan sebagai renungan diri agar dapat menjadi manusia yang dapat menyeimbangkan dirinya dengan kehidupan dimana ia berada (Alam Takambang Jadi Guru).



3. Biru

Jika kita menatap langit yang cerah maka kita akan didentikan dengan indahnya warna biru yang ada dilangit dan warna itulah yang juga memiliki hubungan erat dengan tingkatan sebelumnya bahwa setiap tumbuhan yang menjulang tinggi selain semakin tinggi pohonnya semakin kencang juga angin yang menerpanya, makna inilah yang diresapi bahwa semakin tinggi tingkat pencapaian setiap manusia maka akan semakin banyak juga dihadapkannya dengan berbagai macam permasalahan kehidupan dan berbagai macam cobaan.

Hal inilah yang menunjukkan diri untuk dapat mulai berfikir secara dewasa dan selain melihat keatas juga mulai melihat kebawah, bahwa setiap manusia yang tidak memiliki kekuatan yang cukup ketika mencapai pada suatu tingkat maka dapat saja terjatuh atau terperosok kembali kebawah. Sehingga memaknai hal tersebut diharapkan juga pesilat syahbandar dapat lebih berhati-hati dan bersikap waspada serta tidak merasa sombong atau takabur dengan kemampuan yang telah dimiliki atau diperolehnya, sebab diatas langit masih ada langit lagi. Segala sesuatu yang baik masih ada yang terbaik dan lebih baik lagi dari diri kita secara pribadi. Tentunya juga hal ini menjadi penegasan bagi diri kita bahwa hendaknya kita sebagai manusia itu memiliki kesadaran yang utuh, diciptakan dari tanah lalu jangan bersifat seperti langit (sombong).


Sikap lainnya yang harus dipupuk lebih dalam bagi setiap pemegang tingkatan ini adalah haruslah mampu menjadi suri tauladan bagi anggota-anggota dibawahnya. Bukan hanya teladan dalam penguasaan jurus-jurus syahbandar saja melainkan juga teladan dalam bersikap dan bertutur kata (sopan santun) sebab untuk melihat langit, siapapun yang berada dibawah perlu menatapnya kearah atas dan sebaliknya siapapun yang berada diatas untuk dapat melihat kearah awah memerlukan menundukkan pandangannya atau kepalanya. Hal inilah yang perlu diperhatikan dengan baik, untuk dapat menjadi contoh yang baik maka diperlukan pemahaman dan perbaikan didalam diri sendiri sebelum memberikan contoh dan memperbaiki kesalahan yang terdapat pada tingkatan dibawahnya atau kesalahan pada diri orang lain.




4. Merah

Selain melihat langit yang tampak cerah dan keindahannya dengan warna biru, kitapun akan disuguhkan dengan trik matahari yang identik digambarkan dengan suhu yang panas, hal tersebut pada umumnya dilambangkan dengan warna merah. Hal tersebut kita dapat temui saat awal terbitnya matahari dan terbenamnya matahari.


Proses terbitnya matahari dan tenggelamnya matahari adalah proses waktu yang patut kita syukuri dengan baik. Dalam tinjauan secara vertikal atau dalam aspek kerohanian didalam Al Quran Surat Al Qashash ayat 73 :

"Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya."


Seperti sifatnya yang menerangi dunia filosofi matahari didalam tingkatan syahbandar ini diharapkan dapat bertindak sebagai pelatih harian yang mampu menerangi dan memberikan penjelasan bagi setiap anggota- anggota yang ada dan belum memiliki dasar pemahaman yang kuat didalam kesehariannya baik dalam pelatihan maupun nilai-nilai kehidupan bagi setiap anggota dibawahnya.

Peran itulah yang dimaknai sebagai memberikan cahaya (pengetahuan) untuk menerangi (mengajarkan dan menjelaskan). Sehingga diharapkan tidak ada lagi anggota-anggota dibawahnya yang merasakan ketidakpemahaman atau mengalami kesalahan/kekeliruan baik dalam bertindak sebagai makhluk sosial dan berlatih sebagai seorang pesilat.



5. Hitam

Melanjutkan proses terjadinya pergantian waktu dari pagi hingga terbenamnya matahari maka kita akan mulai dapat melihat bulan yang indah dan proses terjadinya malam yang gelap inilah filosofi dasar dari warna hitam itu diambil.


Pada tingkat Sabuk hitam seorang pesilat syahbandar dituntut haruslah dapat memberikan perlindungan disaat gelap, kata gelap disinilah yang menandakan ketidakmampuan para anggota-anggota dibawahnya dalam melakukan pembinaan (tingkat merah) kepada anggota-anggota dibawahnya sehingga dibutuhkan pembinaan, pengawasan, dan nasihat-nasihat baik yang dapat membangun serta mengayomi kepada sabuk merah dan seluruh sabuk dibawahnya baik terhadap urusan-urusan yang menyangkut kedalam maupun keluar perguruan.


Seyogyanya pada tingkat ini dituntut untuk mampu berlaku arif dan bijaksana serta memiliki sifat welas asih, asah dan asuh.


Makna gelap lainnya secara tinjauan vertikal atau aspek kerohanian dimaknai juga sebagai diri yang semakin memasuki usia lanjut atau menua selain dikarunia dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang lebih tinggi dalam hal ini juga diingatkan kembali akan segala kesalahan-kesalahan (dosa-dosa) yang diperbuat dan terjadi selama menjalani kehidupan, seiring dengan usia yang terus bertambah dari waktu kewaktu apakah berbanding sama atau bahkan lebih tinggi dosa-dosanya daripada bertambahnya usia dan manfaatnya bagi kehidupan.


Untuk itulah diharapkan pada tingkatan ini seorang pesilat syahbandar dapat berbuat banyak kebaikan yang lebih serta meninggalkan segala keburukkan-keburukan yang pernah dilakukan serta dapat menjadi suri tauladan bagi setiap anggota-anggota yang berada dibawahnya.



6. Putih

Melanjutkan memaknai warna hitam, bagi manusia yang semakin mendewasa, warna putih adalah warna yang dapat menjadi penanda dari bergantinya warna rambut awal pada umumnya (dari hitam menjadi putih) atau menandakan usia yang semakin bertambah atau menua.


Dalam kondisi terjadinya pergantian warna rambut ini dikenal dengan istilah uban (rambut putih). Berdasarkan tinjauan secara vertikal atau dalam aspek kerohanian dijelaskan bahwa makna tersebut menjadi bagian dari Pengingat Akan Kematian.


Bahwa setiap manusia yang hidup didunia ini tentunya akan mengalami kematian, tanpa terkecuali dan kita harus meyakini akan datangnya hari kematian tersebut tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui, memajukan atau bahkan memundurkannya, semua merupakan rahasia dari Yang Maha Kuasa.


Melalui uban atau rambut yang mulai memutih, seseorang akan semakin mengimani terkait dengan kematian yang bersanding tipis dengan kehidupannya. Filosofi lainnya dari hal ini adalah setinggi apapun Ilmu dan pengalaman hidup yang kita telah capai atau peroleh semasa hidup pada akhirnya tidak akan berarti apa-apa jika tidak membawa manfaat bagi kehidupan didunia dan juga diakhirat kelak (Ilmu yang ilmiah dan amal yang amaliah).


Setelah diingatkan dengan menjelangnya diri pada kematian melalui rambut yang memutih, warna putih juga dimaknai sebagai kesucian atau kebersihan yang dikenal sebagai bagian juga dari kain kafan yang putih bersih (kain mori) hal ini menunjukkan juga bahwa sehebat apapun jasad (raga), pencapaian harta dan tahta (kedudukan/jabatan) pada akhirnya tidak akan dibawa mati, semuanya akan ditinggalkan dan tubuh yang selama hidup dirawatpun akan kembali dikebumikan kedalam tanah.


Siklus inilah yang mengingat diri juga kepada tingkat awal manusia dan tingkat Sabuk awal perguruan yang berwarna coklat (maknai : tanah). Yang hidup dari tanah akan kembali juga ke tanah (asalnya). Tidak heranlah jika setiap manusia yang menua akan kembali tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang disekitarnya, hal itu pula yang terjadi pada siklus bayi yang baru lahir, tidak bisa berbuat apa-apa selain karena bantuan orang lain. Untuk itulah nilai-nilai : Hablumminallah Hablumminannas Hablumminalam Ketiga nilai itulah yang merupakan hakikkat pencapaian hubungan hidup manusia. Dalam kehidupan di perguruanpun pada tingkatan ini diharapkan telah mencapai Tingkatan Pendekar yang dapat menanamkan nilai-nilai kekuatan kerohanian sebagai penguatan yang hakiki pada setiap diri dari para pesilat syahbandar.


Ditulis oleh : Resdiono (Ares)


Sumber :

  1. AD-ART 1993

  2. Penjelasan-Penjelasan Umum Pelatih







11 views0 comments
bottom of page